Desain Interior yang Memikat: Memahami Peran Sentuhan Kustom dalam Menciptakan Ruang yang Unik

Di dunia desain interior, menciptakan ruang yang unik dan memikat memerlukan lebih dari sekadar pemilihan furnitur dan warna cat yang tepat. Sentuhan kustom adalah elemen kunci yang dapat mengubah sebuah ruang menjadi tempat yang benar-benar pribadi dan istimewa. Mari kita membahas bagaimana sentuhan kustom dapat memainkan peran penting dalam desain interior , dan bagaimana Anda dapat menerapkannya untuk menciptakan suasana yang unik di rumah Anda. Daftar Isi Peran Sentuhan Kustom Mengustomisasi Furnitur Sentuhan Kustom pada Detail Ruangan Memilih Perabot Kustom Menyesuaikan dengan Gaya Pribadi Peran Sentuhan Kustom Sentuhan kustom dalam desain interior berperan penting dalam menciptakan ruang yang memikat dan unik. Ini melibatkan penggunaan elemen-elemen yang tidak umum atau dipesan khusus untuk memenuhi kebutuhan dan selera pribadi. Dengan cara ini, setiap aspek desain menjadi refleksi dari karakter dan preferensi penghuni rumah. Elemen kustom dapat berupa
-

Mengenal Kayu sebagai Bahan Furnitur

Penting untuk mengenali jenis-jenis kayu yang digunakan untuk membuat bangunan dan mebel, serta memahami mutu, kelas, dan kekuatan kayu tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan hasil akhir dari furnitur tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui apakah kayu yang digunakan sudah cukup umur adalah dengan mengamati kondisi fisik kayu itu sendiri, termasuk diameternya dan cara pembelahannya.

Selain itu, penting juga untuk memeriksa apakah teknik penggergajiannya telah sesuai dengan standar penggergajian Log. Perlu diperhatikan juga apakah terdapat cacat-cacat kayu atau penggunaan kayu gubal yang dapat mempengaruhi kualitas furnitur tersebut.

Dengan melakukan pengujian kayu sesuai prosedur standar, kita dapat memastikan bahwa kualitas dan kekuatan kayu yang digunakan sudah memenuhi standar SNI untuk bangunan dan mebel. Hal ini penting agar furnitur yang dihasilkan aman dan tahan lama digunakan.



Mengenal Kayu di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali jenis tumbuhan, terutama di hutan tropisnya. Salah satu hasil dari hutan yang sangat berharga adalah kayu dari hutan alam. Namun, permintaan akan kayu semakin meningkat karena jumlah penduduk yang bertambah. Sayangnya, pemanenan kayu tidak seimbang dengan pertumbuhan pohon, sehingga hutan alam semakin terancam dan jumlah serta mutu kayu dari hutan alam semakin menurun.

Akibatnya, kekurangan berbagai jenis kayu untuk berbagai industri, mulai dari kerajinan hingga industri besar, semakin dirasakan. Jumlah kayu yang tersedia semakin berkurang dan kualitasnya menurun. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mengembangkan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk memenuhi kebutuhan kayu. Salah satu jenis kayu yang diharapkan tumbuh cepat dan memiliki prospek baik untuk HTI adalah Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.).

Saat ini, Kayu Mangium sudah ditanam secara besar-besaran di berbagai daerah untuk berbagai keperluan seperti serat, perkakas, dan energi. Namun, dari berbagai jenis Kayu Mangium yang ditanam, diperkirakan memiliki sifat karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu ditentukan provenans (asal-usul) mana yang paling baik dan sesuai untuk digunakan.

Dalam pemanfaatan kayu, data teknis seperti sifat fisis dan mekanis kayu sangat penting untuk perencanaan penggunaannya. Data ini meliputi informasi tentang kerapatan, kadar air, kekuatan lentur, kekerasan, kekuatan pukul, kekuatan tekan sejajar dan tegak lurus serat, keteguhan geser, keteguhan belah, dan tarik. Informasi ini diperlukan agar kayu dapat dimanfaatkan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhannya.



Pengertian Kayu

Kayu adalah bahan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai keperluan. Beberapa barang tidak bisa digantikan dengan bahan lain karena sifat khas kayu. Setiap jenis kayu memiliki sifat-sifat yang berbeda, maka dari itu, kita perlu mengenali sifat-sifat tersebut agar bisa memilih jenis kayu yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Kayu mudah diolah dan dijadikan barang sesuai dengan perkembangan teknologi. Ada beberapa sifat kayu yang sulit ditiru oleh bahan lain. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan kayu untuk tujuan tertentu membutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu tersebut. Pengetahuan tentang sifat kayu ini sangat penting dalam industri pengolahan kayu. Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut, kita dapat memilih jenis kayu yang tepat untuk penggunaan tertentu dan juga mempertimbangkan kemungkinan menggantinya dengan jenis kayu lain jika jenis yang diinginkan sulit didapatkan atau terlalu mahal.

Kayu dan Sifat-Sifatnya

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda. Bahkan dalam satu pohon, kayu punya sifat yang beragam. Namun, ada beberapa sifat umum yang terdapat pada semua jenis kayu, yaitu:

1. Struktur Kayu: Kayu terdiri dari sel-sel dengan berbagai tipe dan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

2. Sifat Anisotropik: Semua kayu bersifat anisotropik, artinya sifatnya berbeda-beda jika diuji dari tiga arah utamanya yaitu panjang, radius, dan tangensial.

3. Sifat Higroskopis: Kayu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) karena dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu di sekitarnya.

4. Rentan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit: Kayu bisa diserang oleh hama dan penyakit, terutama saat dalam keadaan kering.


Kayu Tekan (Compression-Wood) pada Kayu Daun Jarum (KDJ)

Kayu tekan adalah jenis kayu yang terbentuk karena pertumbuhan pohon yang tidak lurus atau membentuk sudut terhadap sumbu pohon. Ini adalah hal yang abnormal pada batang pohon Kayu Daun Jarum (KDJ) yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bumi. Kayu tekan berkembang dengan cepat dan banyak ditemukan pada jenis-jenis KDJ yang tumbuh cepat, seperti Agathis, Pinus, dan Podocarpus.

Kayu tekan dianggap cacat kayu karena kualitasnya lebih rendah atau berbeda dengan kayu normal. Proporsi kayu tekan dalam batang pohon dipengaruhi oleh kemiringan pertumbuhan pohonnya. Semakin besar kemiringan pertumbuhan KDJ, maka semakin besar proporsi kayu tekannya.

Salah satu jenis KDJ yang tumbuh secara alami di Indonesia adalah Kayu Damar (Agathis loranthifolia Salisb.). Kayu Damar ini memiliki berat jenis yang bervariasi dan telah digunakan dalam berbagai industri seperti alat musik, mebel, pulp dan kertas, serta industri pesawat ringan.

Namun, pemanfaatan kayu Damar belum memisahkan bagian kayu normal dan kayu tekan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang ultrastruktur kayu tekan kayu Damar untuk memahami perbedaan struktur anatominya dan pengaruhnya terhadap sifat fisisnya. Sifat makroskopik kayu tekan sangat berbeda dengan kayu normal dan cacat kayu tekan sering menyebabkan kerugian. Penelitian tentang ultrastruktur kayu tekan ini masih jarang dilakukan, terutama di Indonesia.


Kayu sebagai Bahan Konstruksi dan Furnitur

Saat memilih dan menggunakan kayu untuk berbagai keperluan, kita perlu mengetahui sifat-sifat khusus dari jenis kayu tersebut. Beberapa sifat penting yang harus diketahui adalah berat jenis, kelas keawetan, dan kelas kekuatan kayu. Pengetahuan tentang sifat-sifat ini sangat penting, terutama bagi mereka yang bekerja di industri dan pengolahan kayu. Dengan mengetahui sifat-sifat ini, kita dapat memilih jenis kayu yang tepat untuk penggunaan tertentu dan juga mempertimbangkan kemungkinan menggantinya dengan jenis kayu lain jika jenis yang diinginkan sulit didapatkan atau terlalu mahal.

Sayangnya, seringkali terjadi kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan kayu karena tidak memperhatikan sifat-sifatnya. Akibatnya, hasilnya tidak memuaskan dan banyak sumber daya seperti bahan, biaya, tenaga, dan waktu terbuang percuma, yang merugikan perusahaan.

Indonesia memiliki potensi lebih dari 4000 jenis pohon berkayu yang tersebar di seluruh wilayahnya. Namun, sebagian besar dari jumlah tersebut belum diketahui sifat-sifatnya secara detail.


Mengenal Nama dan Jenis Kayu

Untuk mengenali nama kayu, kita bisa menggunakan nama umum yang biasa digunakan dalam perdagangan atau nama botanik yang digunakan dalam sistem klasifikasi tumbuhan. Nama botanik terdiri dari dua kata, di mana kata pertama adalah nama marga (genus) dan kata kedua adalah nama jenis kayu tersebut. Biasanya, nama botanik disertai dengan nama orang yang pertama kali memberikan nama yang tepat untuk jenis kayu tersebut.

Contohnya, Pinus merkusii Jungh et de Vr. (Tusam) memiliki arti sebagai berikut: Pinus adalah nama marga, merkusii adalah nama jenis, dan Jung et de Vr. adalah nama orang yang memberikan nama "merkusii". (Tusam adalah nama dalam perdagangan). Kayu Pinus merkusii Jungh et de Vr. masuk ke dalam suku Pinaceae.

Kadang-kadang, nama orang yang memberikan nama jenis kayu tidak ditulis lengkap, melainkan disingkat. Misalnya, Santalum album L. (Cendana).

Nama jenis kayu perdagangan seringkali mewakili sekelompok jenis botanik yang memiliki ciri dan sifat kayu yang hampir sama. Ketika di belakang nama marga tidak ditulis nama jenis tertentu, akan dituliskan spp atau spec. div. Misalnya, Alstonia spp atau Alstonia spec. div. (Pulai).

Pulai adalah nama kelompok yang mencakup 4 jenis botanik dalam marga Alstonia, yaitu Alstonia angustiloba Miq., Alstonia pneumatophora Back, dan Alstonia scholaris R. Br.

Penggunaan kayu sangat tergantung pada sifat-sifat kayu itu sendiri. Untuk digunakan dalam berbagai tujuan, kayu harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yang tertera dalam tabel berikut.


No Penggunaan Persyaratan teknis kayu Beberapa jenis kayu yang lazim digunakan
(1) (2) (3)
1 Bangunan (konstruksi) Kuat, kaku, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alami yang tinggi Balau, Bangkirai, Belangeran, Cengal, Giam, Jati, Kapur, Kempas, Keruing, Lara,
2 Finir biasa (Plywood) Finir mewah Dolok berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang Di samping syarat diatas, kayu harus bernilai dekoratif Meranti merah, Meranti putih, Nyatoh, Ramin, Aghatis, Benuang Jati, Ebony, Sonokeling, Kuku, Bongin, Dahu, Lasi, Rengas, Sungkai, Weru, Sonokembang
3 Perkakas (Mebel) Berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem & dikerat Jati, Ebony, Kuku, Mahoni, Meranti, Rengas, Sonokeling, Sonokembang, Ramin
4 Lantai (Parket) Keras, Daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat Balau, Bangkirai, Belangeran, Bintangur, Bongin, Bungur, Jati, Kuku
5 Bantalan kereta api Kuat, kaku, keras dan awet Balau, bangkirai, Belangeran, Bintangur, Kempas, Ulin
6 Tong kayu (Gentong) Tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau, untuk simpainya diperlukan kayu yang kaku Jati, Pasang, Balau, Bangkirai
7 Alat olahraga Kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat lurus, dan panjang, kaku, cukup awet Aghatis, Bedaru, Melur, Merawan, Nyatoh, Salimuli, Sonokeling, Teraling
8 Alat musik Tekstur halus, beserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik Cempaka, Merawan, Nyatoh, Jati, Lasi, Ebony
9 Alat gambar Ringan, tekstur hasil, warna bersih Jelutung, Melur, Pulai, Tusam
10 Tiang listrik Kuat menahan angin, ringan, Balau, Giam, Jati, Kulim, dan telepon cukup awet, bentuk lurus Lara, Merbau, Tembesu, Ulin
11 Perkapalan: Lunas Gading Senta Kulit Bangunan atas dudukan mesin Pembungkus as baling-baling Tidak mudah pecah, tahan binatang laut Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut Kuat, liar, tidak mudah pecah, tahan binatang laut Tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut Ringan, kuat, dan awet. Keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin dan awet Liat, lunak, sehingga tidak merusak logam Ulin, Kapur, Kayu lapis kualitas khusus (marine plywood) Bangkirai, Bungur, Kapur Ulin, Bangkirai, Bungur Bangkirai, Bungur, Meranti merah Kapur, Meranti merah, Medang, Ulin, Bangkirai, Kapur Kayu yang lazim digunakan adalah lignum vitae yang diimport dari Amerika Latin. Kayu nangka, Bungur, Sawo, Untuk kapal-kapal kecil umumnya digunakan
12 Patung dan Ukiran kayu Serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap Jati, Sonokeling, Salimuli, Melur, Cempaka, Ebony
13 Korek api Sama dengan persyaratan finir, untuk anak korek api, kayu harus cukup kuat. Untuk kotaknya kayu harus elastis, tidak mudah pecah Aghatis, Benuang, Jambu, Kemiri, Jeunjing, Perupuk, Pulai, Terentang, Tusam
14 Potlot Berat jenis sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah dan berserat lurus Aghatis, Jelutung, Melur, Tusam
15 Moulding Ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku, warna terang, tanpa cacat, dekoratif Jelutung, Pulai, Ramin, Meranti
16 Popor senjata Ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil Waru, salimuti, Jati
17 Arang (bahan bakar) Berat jenis tinggi Bakau, Kesambi, Walikukun, Cemara, Gelam, Gofasa, Johar, Kayu Malas, Nyirih, Pelawan, Rasamala, Puspa, simpur


Sifat Umum Kayu

Setiap jenis kayu dari berbagai pohon memiliki sifat yang berbeda. Sifat-sifat ini mencakup anatomi kayu, sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat kimia kayu.

Ada beberapa sifat umum yang dimiliki oleh semua jenis kayu. Sifat-sifat umum ini antara lain:

1. Pengaturan Vertikal dan Simetri Radial: Batang pohon memiliki pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.

2. Komposisi Sel: Kayu tersusun dari sel-sel dengan berbagai tipe, dan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti selulosa dan hemiselulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).

3. Sifat Anisotropik: Semua kayu bersifat anisotropik, artinya sifatnya berbeda-beda jika diuji dari tiga arah utamanya yaitu panjang, tangensial, dan radial. Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu, dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horizontal pada batang pohon.

4. Higroskopik: Kayu adalah bahan yang bersifat higroskopik, yang berarti dapat menyerap atau melepaskan kelembaban karena dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu di sekitarnya.

5. Rentan Terhadap Serangan dan Kebakaran: Kayu dapat diserang oleh mahluk hidup perusak kayu dan juga dapat terbakar, terutama jika dalam keadaan kering.


Sifat-sifat Fisik Kayu

Sifat fisik kayu meliputi berat jenis, kelas kekuatan, kelas keawetan, dan penyusutan. Sifat mekanik atau keteguhan kayu juga penting untuk menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Selain itu, kayu memiliki sifat kimia yang terdiri dari komponen utama seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif, dan abu.

Selulosa merupakan bagian terbesar dalam kayu, sekitar 39-55%, kemudian diikuti oleh lignin sekitar 18-33%, pentosan sekitar 21-24%, zat ekstraktif sekitar 2-6%, dan abu sekitar 0,2-2%. Semua sifat ini berperan dalam menentukan kualitas dan penggunaan kayu untuk berbagai keperluan.


a) Berat Jenis Kayu

Berat jenis kayu adalah perbandingan antara berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air sekitar 14% (rata-rata untuk Indonesia). Nilai berat jenis kayu adalah nilai rata-ratanya, tetapi untuk memberikan gambaran variasi berat jenis pada tiap jenis kayu, diantara tanda kurung juga dicantumkan nilai minimum dan maksimum empiris yang diperoleh dari pengamatan pada kayu tersebut.

Contoh:

- Kayu Jati memiliki berat jenis 0,67 (dalam kisaran 0,62 - 0,75)

- Kayu Durian memiliki berat jenis 0,61 (dalam kisaran 0,63 - 0,66)

- Kayu Keruing memiliki berat jenis 0,90 (dalam kisaran 0,84 - 0,96)

Berdasarkan berat jenisnya, kayu dapat dikelompokkan dalam beberapa istilah, sebagai berikut:

- Ringan, jika berat jenis kayu kurang dari 0,60.

- Sedang (agak berat), jika berat jenis kayu antara 0,60 - 0,75.

- Berat, jika berat jenis kayu antara 0,75 - 0,90.

- Sangat berat, jika berat jenis kayu lebih besar dari 0,90.

- Terapung, jika berat jenis kayu lebih kecil dari 1.

- Melayang, jika berat jenis kayu sama dengan 1.

- Tenggelam, jika berat jenis kayu lebih besar dari 1.


b) Keawetan Alami Kayu

Keawetan alami kayu adalah kemampuan kayu untuk bertahan dari serangan unsur-unsur perusak dari luar seperti jamur, rayap, bubuk, cacing laut, dan mahluk lainnya dalam jangka waktu tahunan. Kemampuan ini disebabkan oleh adanya zat ekstraktif di dalam kayu. Zat ekstraktif ini memberikan ketahanan pada kayu terhadap serangan organisme perusak.


c) Warna Kayu

Kayu memiliki berbagai macam warna, seperti warna kuning, keputih-putihan, coklat muda, cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Perbedaan warna ini disebabkan oleh adanya zat pengisi warna yang berbeda-beda dalam kayu. Warna suatu jenis kayu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti tempat di dalam batang, umur pohon, dan kelembaban udara. Ketika mengenali kayu, perhatikanlah warna kayu terasnya sebagai pedoman.


d) Higroskopik

Kayu memiliki sifat higroskopik, yang berarti dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Tingkat kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara pada waktu tertentu. Ketika udara di sekitarnya lebih lembap, maka kelembapan kayu juga akan meningkat hingga mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air dalam kayu yang mencapai keseimbangan ini disebut kandungan air kesetimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).


e) Tekstur Kayu

Tekstur kayu adalah ukuran relatif serat-serat kayu. Serat-serat kayu adalah bagian dari kayu yang membentuk serat. Berdasarkan teksturnya, jenis kayu dapat dibedakan menjadi tiga golongan:

a. Kayu bertekstur halus, contohnya kayu giam, lara, kulim, dan lain-lain.

b. Kayu bertekstur sedang, contohnya jati, sonokling, dan lain-lain.

c. Kayu bertekstur kasar, contohnya kempas, meranti, dan lain-lain.


f) Serat Kayu

Serat kayu berkaitan dengan sifat kayu yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat ditentukan dengan melihat arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu.

Kayu dikatakan berserat halus jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, maka kayu tersebut dikatakan berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu serat berpadu, serat berombak, serat terpilin, dan serat diagonal.


g) Serat Berpadu

Serat berpadu terjadi ketika batang kayu memiliki lapisan-lapisan yang berselang-seling dan menyimpang ke kiri dan kanan terhadap sumbu batang. Beberapa contohnya adalah kayu kulim, renghas, dan kapur.


h) Serat Berombak

Serat berombak terlihat seperti pola gelombang pada serat-serat kayu. Beberapa contohnya adalah kayu renghas dan merbau.


i) Serat Terpilin

Serat terpilin menggambarkan serat-serat kayu yang membentuk pola seperti tertwist (dipilin mengelilingi sumbu batang). Beberapa contohnya adalah kayu bintangur, kapur, dan damar.


j) Serat Diagonal

Serat diagonal terjadi pada potongan kayu atau papan yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar dengan arah sumbu, melainkan membentuk sudut dengan sumbu batang.


k) Kekerasan Kayu

Kekerasan kayu biasanya berkaitan dengan berat kayu. Kayu yang keras cenderung juga memiliki berat yang lebih tinggi, sementara kayu yang ringan cenderung memiliki kekerasan yang rendah. Berdasarkan kekerasannya, jenis kayu dapat digolongkan sebagai berikut:

- Kayu sangat keras, contohnya balau dan giam.

- Kayu keras, contohnya kulim dan pilang.

- Kayu sedang kekerasannya, contohnya mahoni dan meranti.

- Kayu lunak, contohnya pinus dan balsa.

Kekerasan kayu dapat ditentukan dengan cara memotong kayu secara melintang dan mencatat kesan perlawanan serta kilap bidang pemotongan yang dihasilkan.


l) Kesan Raba

Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang kita rasakan saat meraba permukaan kayu tersebut. Kesan raba ini dapat berupa kesan kasar, halus, licin, dingin, dan lain sebagainya.


m) Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang jika kayu tersebut sudah lama terpapar di udara luar. Untuk mengetahui bau dan rasa suatu kayu, kita perlu memotong atau membuat sayatan baru pada kayu atau dengan cara membasahi kayu tersebut.


n) Nilai Dekoratif

Nilai dekoratif suatu jenis kayu berhubungan dengan keindahan kayu tersebut. Nilai dekoratif dipengaruhi oleh penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur, dan pola atau bentuk riap-riap tumbuh yang tampak pada kayu.


o) Sifat Lainnya

Sifat-sifat lain kayu meliputi sifat pembakaran dan sifat kayu terhadap suara. Sifat pembakaran menggambarkan perilaku kayu saat terkena api, sedangkan sifat kayu terhadap suara mengacu pada kekakuan atau kemampuannya untuk menghantarkan atau meredam suara.


Sifat mekanis : Kekuatan Kayu

Sifat mekanis atau kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya dari luar. Beban dari luar ini bisa menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran pada kayu. Sifat mekanis atau kekuatan kayu meliputi:

1. Keteguhan Tarik: Kemampuan kayu untuk menahan gaya tarik atau ditarik ke arah yang berlawanan.

2. Keteguhan Tekan/Kompresi: Kemampuan kayu untuk menahan gaya tekan atau ditekan dari berbagai arah.

3. Keteguhan Geser: Kemampuan kayu untuk menahan gaya geser atau digeser ke samping.

4. Keteguhan Lentur: Kemampuan kayu untuk menahan beban yang merusak atau melengkungkan kayu.

5. Kekakuan: Kemampuan kayu untuk tidak mudah melentur atau berubah bentuk.

6. Keuletan: Kemampuan kayu untuk menahan patah atau pecah saat diberi tekanan atau beban.

7. Kekerasan: Tingkat kekerasan permukaan kayu saat diukur dengan alat tertentu.

8. Keteguhan Belah: Kemampuan kayu untuk menahan retak atau belah saat diberi tekanan.


A) Struktur Kayu dan Fungsinya

1. Kulit Kayu: Bagian paling luar pada batang pohon. Terdiri dari kulit luar yang mati dan kulit dalam. Kulit luar melindungi jaringan di dalam batang, sementara kulit dalam berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain pohon.

2. Kambium: Lapisan sel yang membuat sel-sel baru. Menuju bagian dalam, kambium membentuk kayu baru, dan ke arah luar, kambium membentuk kulit baru.

3. Kayu Gubal: Bagian kayu yang masih hidup dan umumnya berwarna muda terang. Kayu gubal berfungsi sebagai jalur transportasi untuk membawa makanan dari akar ke daun, serta sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.

4. Kayu Teras: Kayu yang sudah mati dan umumnya berwarna lebih gelap serta mengandung ekstraktif. Kayu teras lebih awet dibandingkan kayu gubal karena memiliki sifat yang racun bagi organisme yang merusak kayu.

5. Hati Kayu: Terletak di pusat lingkaran tahun pada batang pohon. Ini adalah kayu awal yang dibentuk oleh pohon saat masih muda. Hati kayu cenderung lunak dan rapuh.

6. Jari-Jari Kayu: Jalur-jalur sel kayu dari pusat lingkaran tahun ke arah kulit pohon. Jari-jari kayu terdiri dari sel-sel kayu yang berbaring dan berfungsi sebagai saluran untuk mengangkut makanan ke arah radial, yaitu dari pusat batang ke sisi-sisinya.

7. Lingkaran Tahun: Terlihat sebagai lingkaran-lingkaran yang mengelilingi hati kayu pada penampang melintang batang. Perbedaan pertumbuhan antara musim penghujan dan musim kemarau terlihat pada perbedaan ukuran sel kayu yang dibentuk. Pada musim kemarau, sel kayu lebih kecil dengan dinding sel yang lebih tebal dibandingkan dengan sel yang dibentuk pada musim penghujan.

8. Sel Kayu: Berbagai jenis dan pola susunan sel serta pengaturannya dalam kayu akan mempengaruhi sifat-sifat kayu. Ada beberapa perbedaan penting dalam sel kayu antara kayu berdaun jarum dan kayu berdaun lebar.

Tipe Variasi Pohon berdasarkan Susunan Kayu:

1. Pohon Kayu Teras: Pohon ini memiliki dua jenis kayu, yaitu kayu T dan kayu G. Kayu T berwarna gelap dan terletak di bagian dalam batang, sedangkan bagian luar batang terdiri dari kayu G yang berwarna terang.

2. Pohon Masak dari Luar: Pohon ini memiliki dua jenis kayu, yaitu kayu G dan kayu M. Tidak terdapat kayu teras dalam batangnya. Perbedaan antara kayu G dan kayu M tidak terlalu jelas. Jika dari luar ke dalam warnanya semakin gelap, maka disebut pohon ini masak dari luar.

3. Pohon Kayu Gubal: Pohon ini memiliki seluruh bagian kayu G tanpa kayu teras. Kayu Gubal adalah pohon yang memiliki kayu yang tidak begitu keras. Seluruh penampang batang berfungsi sebagai jalur makanan dan memiliki warna yang terang.

4. Pohon Masak dari Dalam: Pohon ini memiliki tiga jenis kayu, yaitu kayu G, kayu M, dan kayu T. Kayu teras pada pohon ini kecil dan lambat laun membesar. Dari luar, tampak tiga perbedaan, yaitu kayu T, M, dan G.


B) Keteguhan Tarik: Kekuatan tarik kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu ke arah yang berlawanan.

C) Keteguhan Tekan/Kompresi: Keteguhan tekan kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan beban atau muatan jika kayu digunakan untuk tujuan tertentu. Ada dua jenis kompresi, yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat.

D) Keteguhan Geser: Keteguhan geser mengukur kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang menyebabkan bagian kayu bergeser atau bergerak ke arah lain yang berdekatan. Terdapat tiga jenis keteguhan geser, yaitu keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat, dan keteguhan geser miring.

E) Keteguhan Lengkung (Lentur): Keteguhan lengkung adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau menahan beban-beban mati dan hidup selain beban pukulan. Terdapat dua jenis keteguhan lengkung yaitu keteguhan lengkung statik dan keteguhan lengkung pukul.

F) Kekakuan: Kekakuan kayu mengukur kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkung. Kekakuan ini diukur dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari pengujian keteguhan lengkung statik.

G) Keuletan: Keuletan menggambarkan banyaknya sifat kayu, seperti ketahanannya terhadap patah, perubahan bentuk, dan tegangan yang berulang-ulang. Kayu yang ulet adalah kayu yang kuat dan tidak mudah patah.

H) Kekuatan: Kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang menyebabkan takik atau lekukan pada permukaannya. Juga bisa diartikan sebagai ketahanan kayu terhadap pengausan atau abrasi.

I) Keteguhan Belah: Keteguhan belah mengukur kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu, seperti gaya baji yang berperan membelah kayu.


3) Sifat Kimia Kayu: 

a) Kadar Air dan Penyusutan Kayu:

(1) Kadar Air Kayu:

Kayu mengandung air, dan jumlah air di dalamnya bisa sangat berbeda-beda. Pada kondisi segar, kadar air kayu bisa mencapai hingga 200%. Kadar air kayu dihitung dengan membandingkan berat air dalam kayu (dalam keadaan basah) dengan berat kayu dalam keadaan kering. Kadar air ini diukur dalam persen (%), dan bisa diukur menggunakan alat ukur seperti hydrometer atau MC meter.

Kadar Air MC


BB = Berat basah
BK = Berat kering tanur 

Selain dengan cara menimbang, kadar air kayu dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kadar air kayu (Hydrometer, MC meter).


Tahapan proses evaporasi pada kayu dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Kayu Basah: Pada tahap ini, semua rongga dan dinding sel kayu penuh dengan air. Kadar air dapat mencapai 200%.

(b) Kayu Setelah Penebangan: Setelah kayu ditebang, zat air tidak bisa masuk lagi ke dalam kayu. Dinding sel kayu tetap mengandung air, tetapi air di rongga sel sebagian berkurang. Kadar air berkisar antara 35% - 70%.

(c) Titik Jenuh Serat: Seluruh air bebas di dalam rongga kayu telah keluar. Namun, kandungan air pada dinding sel masih tetap ada. Kadar air berkisar antara 25% - 30%.

(d) Kering Udara/Titik Keseimbangan Kadar Air: Pada tahap ini, kayu menyesuaikan diri dengan kelembaban udara sekitarnya, dan air mulai teruap dari dinding sel. Akibatnya, dimensi kayu mulai berubah. Kadar air berkisar antara 12% - 20%.

(e) Kering Tanur: Pada tahap ini, rongga dan dinding sel tidak mengandung air lagi. Berat kayu tidak akan turun lebih lanjut. Kadar air kayu mencapai 0%.


(2) Penyusutan Kayu

Penyusutan atau kembang susut kayu terjadi karena perbedaan struktur pori-pori atau trakeida pada kayu yang berdaun jarum. Terdapat tiga arah utama dalam penyusutan atau kembang susut kayu, yaitu:

(a) Penyusutan arah Tangensial: Penyusutan ini terjadi searah dengan arah lingkaran tahun kayu. Besarnya penyusutan berkisar antara 4,3% - 14%.

(b) Penyusutan arah Radial: Penyusutan ini terjadi searah dengan garis tengah kayu atau memotong tegak lurus lingkaran tahun. Besarnya penyusutan berkisar antara 2,1% - 8,5%.

(c) Penyusutan arah Axial: Penyusutan ini terjadi searah dengan panjang kayu. Besarnya penyusutan berkisar antara 0,1% - 0,3%.

Dalam proses penyusutan atau kembang susut kayu, perlu diperhatikan ketiga arah ini karena dapat mempengaruhi dimensi dan bentuk kayu secara keseluruhan.


PROSES PEMBELAHAN LOG KAYU

HASIL PENGGERGAJIAN KAYU


Menyimpan Bahan KAYU

Tata cara menyimpan bahan kayu, seperti papan gergajian dan balok, sangat penting untuk mencegah kerusakan kayu. Berikut adalah beberapa langkah dalam menyimpan bahan kayu dengan baik:

1. Susun kayu secara teratur: Susun kayu dengan rapi dan teratur agar tidak terjadi tumpukan yang tidak stabil. Pastikan setiap bagian kayu mendapatkan cukup sirkulasi udara untuk pengeringan yang merata di seluruh permukaan kayu.

2. Rongga udara: Pastikan ada rongga udara yang cukup antara setiap potongan kayu untuk membantu sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban yang bisa menyebabkan kayu menjadi lembab atau berjamur.

3. Penyusunan berselang-seling: Jika bahan kayu berukuran relatif sama, disarankan untuk menyusunnya dalam susunan batang-batang yang berselang-seling. Misalnya, setiap dua susun atau lebih, agar berat kayu tidak bertumpu pada satu titik saja.

4. Hindari kontak langsung dengan tanah: Jangan menyimpan kayu langsung di atas tanah karena bisa menyebabkan kayu terkena kelembapan dari tanah yang dapat merusaknya. Gunakan alas atau rak yang cocok untuk menyimpan kayu.

5. Tempat penyimpanan: Pilih tempat penyimpanan yang baik dan aman, hindari tempat yang terkena hujan atau terlalu terkena sinar matahari langsung.

6. Lindungi dari hama kayu: Pastikan tempat penyimpanan bebas dari hama kayu, seperti rayap atau serangga lainnya, yang bisa merusak kayu.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, bahan kayu dapat disimpan dengan baik dan akan tetap dalam kondisi yang baik untuk digunakan dalam proyek selanjutnya.

Gambar Penyusunan Batang Kayu



JENIS-JENIS KAYU UNTUK FURNITUR

KESIMPULAN


Komentar