Sifat kayu sebagai material konstruksi bervariasi tergantung pada jenis dan kualitas kayu yang digunakan. Kayu umumnya memiliki sifat yang baik dari sisi kestabilan dimensi dan kekuatan, yang membuatnya cocok untuk digunakan sebagai material konstruksi. Kayu memiliki berbagai sifat yang berbeda, seperti kekuatan, keuletan, kekerasan, kepadatan, kestabilan dimensi, kedap air, dan lainnya. Kayu juga memiliki sifat mekanik yang baik, seperti kekuatan tarik, kekuatan persegi, modulus elastisitas, dan lainnya. Sifat-sifat ini sangat penting untuk memastikan bahwa kayu dapat digunakan dengan aman dan efektif sebagai material konstruksi.
TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN KONSTRUKSI KAYU
Sifat Kayu sebagai Material Konstruksi
Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan
bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun
kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan
kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan –
disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan
yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan
bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahankayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan
proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding
dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan
ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan
air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah
terbakar jika tersulut api.
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya
(hygroscopic), dan dapat mengembang dan menyusut sesuai kandungan air
tersebut. Karenanya, kadar air kayu merupakan salah satu syarat kualitas
produk kayu gergajian.
Jika dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan
yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan
pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang
berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat
menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban
tegak lurus arah serat kayu. Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima
beban dapat ditunjukkan pada Gambar Kekuatan serat kayu dalam menerima beban.
Gambar Kekuatan serat kayu dalam menerima beban
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
8.1.1. Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan
Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang
(balok) yang dipakai untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di
hutan alam dan hutan tanaman industri. Kayu gelondongan (log) hasil
tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan produk kayugergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang harus
diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan.
Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain sawing), perempat
bagian(quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Gambar Metoda penggergajian kayu dan profil serat yang dihasilkan
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan
kayu yang lebih dulu terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu
bagian dalam mengalami susut lebih kecil dari kayu luar. Tanpa
memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk
kurang berkualitas.
8.1.2. Pengeringan Kayu
Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%.
Setelah ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena
menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat (free water) yang
menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan air.
Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di
keringkan melalui udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan
menggunakan dapur pengering (kiln)
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu
untuk kuda-kuda biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen.
Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu
bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar kayu akan
mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang susut
kayu dan kekuatannya.
Gambar Tampang melintang kayu dan arah penyusutan kayu
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
Gambar Penyusunan kayu saat proses pengeringan
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
8.1.3. Pengawetan Kayu
Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan.
Pengawetan dapat dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan
maksud membersihkan zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama.
Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui
perendaman dan cara coating atau pengecatan.
8.1.4. Cacat Kayu
Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat
yang disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi.
Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang
merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini
kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau
diserang hama atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan
kayu dalam menerima beban konstruksi.
Gambar Cacat kayu: (a) mata kayu; (b) lapuk; (c) wane / tepian batang
bulat; dan (d) retak
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan
penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa
retak, crooking, bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang
bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.
Gambar Cacat produk kayu gergajian yang sering terjadi
Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999
(a)
(c) (d)
(b)
Penggolongan Produk Kayu di Pasaran
Selengkapnya: TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN
Komentar
Posting Komentar